Dari awal saya sudah menduga bahwa penyebab utama terjadinya semburan lumpur di Porong, Sidoarjo berasal dari proses pengeboran. Tapi karena saya bukanlah seorang yang ahli di bidang geologi, saya hanya bisa membaca sejumlah analisa dan berusaha menarik kesimpulan dari analisa tersebut. Tentunya banyak sekali versi kronologis ataupun cerita yang beredar di kalangan masyarakat. Mana yang benar? Wallahu’alam. Sampai saat ini masing-masing pihak berusaha mempertahankan posisinya. Apakah penyebabnya adalah gempa atau gunung lumpur seperti yang dilansir oleh pihak Lapindo? Ataukah karena proses pengeboran yang diyakini oleh sejumlah pakar pengeboran? Dua analisa utama ini kemudian dipertemukan dalam sebuah pertemuan American Association of Petroleum Geologists di Cape Town, Afrika Selatan beberapa hari yang lalu. Artikel selengkapnya dapat dibaca di sini, “Mud eruption ’caused by drilling'”. (Tips: Aku Ingin Hijau). Selain itu, berita yang sama juga telah disiarkan sejumlah televisi nasional di Indonesia, salah satunya Liputan 6 SCTV.
Jauh sebelum hal ini disimpulkan oleh para geologis terkemuka, sejumlah ahli Indonesia telah sepakat menyatakan bahwa ini adalah kesalahan dalam proses pengeboran dan menyertakan sejumlah opsi bagaimana menutup sumber lumpur. Tapi kemudian arah penyelesaiannya di tingkat nasional, lebih menekankan bahwa bencana ini disebabkan oleh alam (mud volcano). Penentuan penyebab yang sebenarnya dalam kasus seperti ini sangatlah penting, karena akan membawa konsekuensi hukum, politik, ekonomi dan sosial bagi semua pihak yang terkait di dalamnya, terutama masyarakat yang menjadi korban. Jika ini bencana alam, tentunya kita sudah tahu harus meminta bantuan pada siapa (Pemerintah). Tapi jika ini adalah kesalahan proses pengeboran, maka menurut saya pihak yang melakukan proses itulah yang bertanggung jawab (Lapindo dkk).
Sebagai orang yang juga ikut terlibat langsung dalam aktivitas pengeboran, tentunya peristiwa yang serupa tidak pernah kita inginkan terjadi lagi. Ini adalah pelajaran langsung dan pengalaman sangat berharga yang diberikan alam kepada kita. Unsur kehati-hatian, ketelitian, analisa dan perhitungan yang cermat, mengikuti standar dan prosedur operasi pengeboran yang berlaku dan tidak rakus atau terburu-buru merupakan faktor kunci keselamatan dan keberhasilan. Maka dari itu tolonglah Bapak-bapak dan Ibu-Ibu yang terhormat dicarikan solusi yang terbaik. Jangan lempar batu sembunyi tangan. Masyarakat korban lumpur ini sudah menderita lahir dan batin. Entah bagaimana nasib mereka di masa depan, jika di level atas masih banyak orang memikirkan kepentingannya sendiri. Ingat lho, dua tahun sudah berlalu. Lalu apa yang mereka peroleh sejauh ini? Pemerintah harus bersikap tegas dan tidak pandang bulu dalam menyelesaikan persoalan besar ini. Ataukah pandangan Bapak Faisal Basri dan Bapak Wimar Witoelar ada benarnya? Wallahu’alam. Mari kita berharap akhir cerita yang mengutamakan kepentingan nasional dan kesejahteraan masyarakat. Amin.
Berikut sejumlah sumber bacaan yang dapat memberikan pemahaman jelas pada kita apa yang sebenarnya terjadi di Porong, Sidoarjo dari mata sejumlah ahli perminyakan Indonesia. Tentunya, masih banyak sumber-sumber serupa dapat anda cari sendiri melalui Google.
- Tragedi Lumpur Lapindo
- Mengapa Lumpur Panas Menyembur?
- Liputan Langsung dari Konferensi AAPG di Cape Town: 1 dan 2
- Siapa Penanggung Jawab LUSI?
- Gerakan Menutup Lumpur Lapindo
- Lumpur Lapindo – Lumpur Sidoarjo
* Gambar diambil dari sini.
Update @ 4 November:
Koleksi foto lumpur Lapindo yang diambil sewaktu saya dan teman-teman berkunjung ke lokasi tahun lalu dapat dilihat di sini.
bener tuh strateginya lapindo,
coba jika tidak ada lumpur,
pasti sangat sulit mengusir penduduk dari sekitar tambang,
setelah keluar lumpur,
masyarakat akan meninggalkan areal lumpur dengan sendirinya.
lapinda tinggal bayar ganti rugi. sedikti aja, rakyat sudah seneng.
beberapa tahun kemudian masyarakat sudah lupa,
dan giliran lapindo mengebor gas dari dalam tanah yang sangat kaya bahan tambang.
ketawa deh si lapindo.
ahh analisa nya agak kurang pinter…, siapapun entah masyarakat entah lapindo, entah pemilik lapindo, entah pemerintah pasti tidak ada yang mau terkena dampak lumpur ini.., yakin deh.., coba siapayang mau sih buang uang triliunan rupiah dikucur kan untuk penanggulangan fisik maupun untuk masyarakat.. khan tidak masuk akal, kalo saja uang itu ditaruh di deposito, bunga nya cukup buat hidup puluhan tahun.., nah masalahnya kenapa terjadi hal-hal yang serba semrawut?, ya karena janji ahli2 itu yang bilang bisa menyetop lumpur dalam waktu 2 bulan..termasuk ahli2 dari ITB…