Mungkin para pemerhati Linux dan Solaris di Indonesia telah mengetahui tentang keberadaan proyek Sun yang satu ini, Project Indiana. Melalui proyek ini Sun berusaha meningkatkan popularitas OpenSolaris di tengah maraknya sistem operasi alternatif yang ada pada saat ini. Kelihatannya OpenSolaris baru yang bakal kita jumpai tak lama lagi akan mengadopsi model pengembangan, metode pendistribusian dan sejumlah sistem lainnya yang telah diterapkan pada Debian, Ubuntu dan Fedora.
Beberapa hal yang menjadi sorotan utama proyek ini adalah:
- Pendistribusian OpenSolaris dalam satu CD yang di dalamnya telah terisi sistem operasi dan desktop environment dasar.
- Kemudahan dalam menambah dan memperbaharui paket-paket yang diinginkan melalui network repositories. Kemungkinan akan menggunakan sistem yang serupa dengan sistem APT Debian.
- Package repositories akan dibuat menyerupai sistem yang diterapkan Fedora dahulunya. Di mana paket-paket tadi dikelompokkan dalam dua repository utama, yaitu repository yang dikelola oleh Sun langsung dan repository yang dikelola oleh komunitas.
- ZFS sebagai default file system.
- Melengkapi dukungan piranti keras sehingga dapat dijalankan dalam berbagai platform.
Informasi lebih lengkap dapat dibaca di sini, New Project Indiana Details Emerge.
Mau tahu siapa orang yang berada di belakang proyek ini? Tak lain dan tak bukan adalah Ian Murdock, pendiri Debian. Sejak Maret 2007 yang lalu, ia bergabung dengan Sun sebagai Chief Operating Systems Platform Strategist.
Inisiatif serupa pernah saya sampaikan dalam percakapan singkat dengan pihak manajemen Sun Microsystems Indonesia beberapa waktu lalu (Halo Pak Harry dan Pak Aan.. š ). Sejujurnya waktu itu saya belum pernah mendengar sama sekali tentang keberadaan proyek ini. Hari ini adalah hari pertama saya mengetahuinya dan saya langsung tertarik untuk mengikuti perkembangan proyek ini. Dalam pertemuan tersebut saya mengusulkan agar halangan (barrier) dalam mendapatkan dan menggunakan OpenSolaris diperendah. Karena masyarakat kita, terutama, menyukai sesuatu yang mudah, instan dan gratis. Selanjutnya dalam hal pendistribusian, kalau bisa OpenSolaris dikemas dalam satu Live CD/DVD yang dapat dibawa ke mana-mana dan diinstal kapan saja. Saat ini sudah ada Nexenta ataupun Belenix yang dapat kita jadikan contoh implementasi yang dimaksud.
Lalu kenapa komunitas Solaris/OpenSolaris tidak terlalu berkembang di Indonesia? CMIIW. Saya pribadi tidak tahu banyak kenapa. Selama ini saya hanya mengikuti perkembangan Solaris/OpenSolaris melalui sejumlah milis, salah satunya milis OSUG-Indonesia. Mungkin anda pemerhati dan pengguna Solaris/OpenSolaris lebih tahu daripada saya yang notabene baru belajar sistem operasi tersebut. Jika berkenan, silakan berbagi di sini dengan meninggalkan komentar anda.
Seandainya saya diberikan kepercayaan oleh Sun untuk membangun dan mengelola komunitas mereka, saya akan mencoba mengarahkannya kepada metode community building yang diterapkan oleh IlmuKomputer.Com. Metode ini sudah terbukti berhasil dan mampu menjangkau para pengguna komputer di seluruh pelosok nusantara. Berawal dari ide sederhana untuk membagi-bagi materi kuliah secara gratis, IlmuKomputer.Com berkembang hingga sekarang menjadi salah satu referensi utama bagi masyarakat Indonesia untuk belajar ilmu komputer. Saya yakin Sun juga pasti bisa menerapkan hal yang sama. Apalagi jika didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, yang tentunya bagi korporasi besar bukanlah satu hal yang sulit. Buktinya kami di IlmuKomputer.Com bisa hidup dengan semua yang serba pas-pasan hehehe. Terima kasih Mas Romi atas inspirasinya selama ini.
Tetap semangat ya kawan-kawan! š