Berkeluh Kesah dan Kurang Bersyukur

Beberapa hari belakangan ini ada dua hal yang membuat saya senantiasa tertegun dan introspeksi diri.

Pertama, betapa mudahnya seorang manusia berkeluh kesah ketika sebuah musibah menimpa dirinya dan selalu mencari kambing hitam dari setiap permasalahan yang dihadapi.

Åöäøó ÇáúÅöäÓóÇäó ÎõáöÞó åóáõæÚÇð

Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. [70:19]

ÅöÐóÇ ãóÓøóåõ ÇáÔøóÑøõ ÌóÒõæÚÇð

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. [70:20]

Kedua, rasa syukur yang kurang. Banyaknya nikmat yang diperoleh seringkali tertutup ketika manusia berada dalam kesenangan. Sementara jika ditimpa musibah, keluh kesahlah yang akan mendominasi.

æóÅöÐú ÊóÃóÐøóäó ÑóÈøõßõãú áóÆöä ÔóßóÑúÊõãú áÃóÒöíÏóäøóßõãú æóáóÆöä ßóÝóÑúÊõãú Åöäøó ÚóÐóÇÈöí áóÔóÏöíÏñ

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. [14:7]

Lalu apa solusinya? Menurut saya, senantiasa mengingat Allah. Menurut anda?

Advertisement

6 Comments

  1. Kadang kita tidak bersyukur, makanya kita harus istighfar.

    Walaupun dalam keadaan susah pun kita harus bersyukur, karena pasti ada yang lebih susah dari kita 😐

  2. Saya ada teman yang sangat bijak, tenang, efisien dalam setiap tindakan dan perkataan. Setelah lama mengenalnya, saya mengetahui bahwa semua kelebihan yang dimilikinya itu karena tempaan musibah-musibah yang telah dilewatinya.
    Jadi kalau saya mendapat musibah, saya anggap sebagai ujian kenaikan tingkat/derajat dari-Nya.

  3. saya setuju dengan solusi dari anda. ada sedikit yang saya tambahkan, bahwa yang terpenting untuk kita bangun adalah keimanan kita kepada Allah SWT artinya sudahkan kita meyakini bahwa Allah lah yang menciptakan kita,dan kita juga yakin bahwa segala yang terjadi di dunia ini merupakan sesuatu yang sudah situliskan oleh Allah. namun hal tersebut jangan membuat kita merasa bahwa Allah tidak adil, karena kita di dunia di uji dengan kesengsaraan. atau juga membuat kita pasrah, putus asa dengan semua yang menimpa kita.
    Sebenarnya di dalam hidup ini ada yang diberikan Allah yang kita tidak mampu merubahnya, sperti kondisi fisik kita, kedua ortu kita,kecelakaan yang terjadi tiba-tiba.
    Namun ada hal yang diberikan oleh Allah namun disitu ada peranan kita untuk merubahnya seperti pekerjaaan kita, kitalah yang bisa memilih halal atau haram.
    Tentang musibah itu termasuk hal yang pertama, tapi menyikapi musibah tersebut termasuk hal yang kedua, pilihan kita lah untuk berkeluh kesah tapi juga tidak merubah atau segera bangkit dan bekerja.
    Dan yakinlah bahwa Allah tidak akan menguji suatu kaum dengan ujian yang dia tidak sanggup untuk menghadapinya.
    Dan juga Allah berfirman Tidak dikatakan beriman seorang muslim sebelum dia di uji. Jadi bersabarlah ketika menghadapi ujian dengan cara terus berusaha mencari jalan keluarnya sesuai dengan petunjuk Allah SWT.

  4. saya juga setuju, tapi sayang kadang kita susah melakukannya, semua ada saja halangan yah tapi semoga bisa.

    oh iyah selamat shaum ramadhan 😀

  5. assalammualaikum..
    alhamdulillah, sy ditemukan dengan seorang ustaz yang banyak mengajar sy sejak sekolah menengah sampai sekarang. baru2 ini, sy mengeluh kepadanya tentang sesuatu, dan jawapannya senang dan mudah sahaja- ” dunia saja. rileks la.” pada mulanya sy agak tercabar dengan kata2 itu, macam dia memperlekehkan sahaja masalah sy. namun setelah sy fikir2kan, sebenarnya sylah yang terlalu menumpukan perhatian terhadap masalah sy. sy terlalu merisaukan sesuatu di dunia ini, tanpa berfikir bahawa segala2nya yang berlaku di atas muka bumi ini hanyalah bersifat sementara. biarlah orang lain lebih kaya dari kita. biarlah dia lebih pandai dan lebih bijak. bukan maksud saya bahawa kita tidak patut berusaha ke arah yang lebih baik, tetapi tidak patut berlebihan dari yang sepatutnya. kita harus sedar,’there’s more to life’…and indeed it is. sebab dunia hanyalah sementara, tetapi yang kekal abadi itu akhirat. justeru janganlah terlalu sibuk memikirkan tentang hal2 dunia. hakikatnya, dunia semakin tua dan busuk. sy tidak ingat mana dalilnya, tetapi kalau tidak silap sy, ada Allah ingatkan yang harta dunia takkan sebanding dengan yang di akhirat. maka tidak wajarlah kita sampai terlalu ‘stress’ atau keluh-kesah akan hal duniawi. dengan cara itu, kita akan sedar tentang perkara2 yang selama ini kita tidak nampak atau ‘terlepas pandang’ dan nikmat2 yang kita lupa syukuri. sebenarnya sudah lama sy memerhatikan ustaz sy- dia seorang yang sentiasa happy, tenang, relax walau sesibuk mana pun dia. sekarang sy sudah tahu apa formulanya. ‘dunia saja. rileks la’. kalau kita ada masalah, jgn cakap, “oh God, i have a big problem” but instead say,”oh problem, i have a big God.” sejak sy di sekolah menengah, memegang jawatan sebagai ketua pelajar bukanlah senang. sy selalu menceritakan masalah sy kepada ibu saya. suatu hari, akibat tidak tahan, sy menangis depan ibu. setelah ibu memujuk, ibu bersuara,” aqilah, mama mungkin boleh beritahu kamu 1001 jalan penyelesaian terhadap masalah kamu tu. tapi yakinlah, ada sesetengah masalah, biar kita beritahu satu dunia pun, terima pelbagai jalan penyelesaian pun, takkan dapat memuaskan hati kita. kamu pergilah ambil wuduk dan bersolat. masa sembahyang tu, mengadulah pada Allah dan menangislah sepuas2nya. insyaAllah hati akan tenang dan kamu dapat atasi masalah kamu.” dan memang benar. alhamdulillah, Allah mudahkan jalan saya dalam menghadapi masalah sy. sy berjaya harunginya seadanya. syukur padanya. sebenarnya, kita jarang menyedari, yang jawapan terhadap segala keluh-kesah kita ada di dalam diri kita, pd Allah.

  6. Bagus banget tulisannya, cukup terinspirasi, dan mengingatkan saya sendiri. Karena saya sering bahkan telalu sering berkeluh kesah, selalu ada masalah yg mengganjal, ato kurang. Inti dr permasalahan n keluh kesah ini krn memang kita kurang bersyukur, padahal dg kita masi beriman dan islam kita harus sangat bersyukur, utk kehidupan yg kekal diakhirat nanti.

Comments are closed.