Paling tidak hari ini bangsa Indonesia boleh bersuka cita. Karena tepat tanggal 17 Agustus 2005, 60 tahun sudah kita merdeka, terlepas dari penjajahan. Ironisnya si penjajah baru pada hari ini pula secara resmi mengakuinya. Tapi tidak mengapalah daripada tidak sama sekali. Mungkin dengan demikian hubungan kedua negara dapat ‘harmonis’ kembali.
Berita tentang ini sebenarnya sudah saya ketahui dua hari yang lalu melalui NOS Journaal, media berita di Belanda. Ketika itu Menlu Bot berpidato di dalam peringatan kapitulasi Jepang di Den Haag, yang banyak dihadiri oleh para veteran perang. Seperti biasa, ada pro kontra yang muncul di tengah masyarakat Belanda sendiri. Ada yang senang dan bersyukur dan ada pula yang menyesali keputusan pemerintah Belanda sembari mengungkit-ungkit kembali penderitaan yang dialami veteran perang tersebut sewaktu bertugas di Indonesia, dan ketika Jepang berkuasa, di mana sebagian besar orang Belanda hidup dalam kamp-kamp penahanan. Tapi apa yang mereka derita dalam 3,5 tahun tersebut tentunya tidak sebanding dengan apa yang kita, bangsa Indonesia, alami 3,5 abad lamanya. Inilah yang saya tidak suka dari Belanda. Setelah hampir 7 tahun lamanya hidup di sini, saya bisa menyimpulkan bahwasanya orang-orang Belanda terkadang suka melihat dengan sebelah mata tentang sejarah kolonialisasi mereka dan terkesan arogan. Cobalah tanya kepada mereka apa yang mereka ketahui tentang VOC dan segala aktivitasnya, mereka pasti akan menjawab bahwa VOC adalah sekedar perusahaan dagang yang mendukung majunya perekonomian dan perdagangan Belanda ketika itu. Tahukah mereka efek samping yang ditimbulkan oleh penjajahan yang mereka lakukan tersebut? Mayoritas pasti akan menjawab tidak tahu. Wong, orang Belanda sendiri banyak yang tidak kenal dengan sejarah bangsa sendiri. Oleh karena itu, saya mendukung apabila ada usaha-usaha untuk minta ganti rugi atas penderitaan yang bangsa kita alami saat itu.
60 tahun bukanlah rentang waktu yang pendek. Dalam periode tersebut, satu generasi telah digantikan oleh satu generasi lainnya. Sangat disayangkan berita gembira ini tidak semua pejuang kita yang dulu memperjuangkan kemerdekaan RI dapat mengalaminya. Tidak bisa dipungkiri tanpa cucuran keringat jerih payah disertai pengorbanan nyawa dan materi mereka, kita tidak akan seperti sekarang. Hidup dalam udara kebebasan, walau keprihatinan ada dimana-mana. Lalu apa yang bisa kita berikan sebagai balasannya? Paling tidak, dalam kesempatan yang berbahagia ini marilah kita bersama-sama memberikan penghargaan dan penghormatan sebesar-besarnya kepada seluruh pejuang kita. Lestarikan semangat perjuangan mereka dalam membangun negara Indonesia yang tercinta. Bangsa kita memang majemuk, tapi jangan biarkan kemajemukan membuat kita terpecah belah. “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.
Dirgahayu Republik Indonesia!!!
MERDEKA!!!!
ironis sekali ya , tapi begitulah rata2 bangsa penjajah , lihat saja jepun , mereka malah menerbitkan buku sejarah yg membelok sekali , sampai di demo bangsa china , korea .
jepun bilang :
” Tidak ada negara yg tidak membunuh rakyatnya sendiri , tapi jepun membunuh rakyat bangsa lain ”
gila, pokoke MERDEKA!