Hmm.. hari ini hujan lagi 😦
Memang sudah beberapa hari belakangan ini di Belanda cuacanya kurang bagus. Hampir setiap hari hujan terus dan angin bertiup kencang membuat udara bertambah dingin saja. Terkadang dari langit jatuh butiran-butiran salju kecil. Duh, kalau hujan butiran-butiran salju itu turun lebat sekali, suasana menjadi lebih berisik. Mau tahu kenapa? Karena bunyi rintikan di jendela dan atap seperti genderang kecil yang ditabuh tak kunjung hentinya. Syukurlah sampai saat ini belum menimbulkan dampak negatif yang besar. Paling-paling kecelakaan mobil di jalan raya. Itupun jarang sekali. Oh, di manakah kau hai matahari yang bersinar terik minggu lalu? Akankah kau muncul lagi? Hmmm… *menanti dengan penuh harap*
‘Bila Ku jatuh cinta’, demikianlah judul jurnal kali ini. Terkesan romantis ya.. 🙂 Ah, nggak juga. ‘Bila Ku jatuh cinta’ merupakan sebuah refleksi yang saya peroleh dari seorang teman di Singapura dan atas izinnya pula artikel tersebut dapat saya pasang di sini. Terima kasih, uNi 🙂
Isinya yang sedemikian dalam dan menyentuh hati menyebabkan saya tertarik untuk men-‘share’-nya kapada pembaca. Semoga apa yang saya rasakan dapat dirasakan juga oleh pembaca sekalian.
Seperti kata sebuah ungkapan, ‘Love is Blind’, mau tak mau, dirasa maupun tidak dirasa, terkadang cinta membuat kita lupa akan segalanya. Ntah cinta itu cinta kepada orang tua, kakak dan adik, keluarga, ataupun kepada seseorang. Karena cinta pula, tak jarang kita rela berkorban apa saja guna menyenangkan hati yang dicintai. Bukan begitu? Tapi walaupun demikian, ingatkah kita bahwa cinta itu tidak akan bertahan lama dan tidak seindah yang sering kita bayangkan? Pernahkah kita merasakan cinta terkadang mengkungkung sehingga kita tidak bisa bergerak secara bebas? Tahukah kita bahwasanya ada sebuah cinta abadi yang bila diperoleh akan mencakup semua cinta-cinta yang lainnya? Kalau belum, silakan baca refleksi di bawah ini:
“Allahu Rabbi.. aku minta izin. Bila suatu saat aku jatuh cinta, jangan biarkan cinta untuk-Mu berkurang hingga membuat lalai akan adanya Engkau.”
“Allahu Rabbi.. aku punya pinta. Bila suatu saat aku jatuh cinta, penuhilah hatiku dengan bilangan cinta-Mu yang tak terbatas. Biar rasaku pada-Mu tetap utuh.”
“Allahu Rabbi.. Izinkanlah bila suatu saat aku jatuh cinta, pilihkan untukku seseorang yang hatinya penuh dengan kasih-Mu dan membuatku semakin mengagumi-Mu.”
“Allahu Rabbi.. Bila suatu saat aku jatuh hati, pertemukanlah kami, berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati cinta-Mu.”
“Allahu Rabbi.. Pintaku terakhir adalah; Seandainya ku jatuh hati, jangan pernah kau palingkan wajah-Mu dariku. Anugerahkanlah aku cinta-Mu.. Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu.”
Bagaimana sekarang?
Menjadi seorang yang dicintai juga bukanlah suatu hal yang mudah. Oh ya? Lalu bagaimana dong caranya supaya bisa dicintai banyak orang? Cara yang paling mudah untuk dilakukan, menurut saya, adalah mencintai orang seperti kita mencintai diri kita sendiri. Wah, klise sekali! Yap! Tidak percaya? Boleh dicoba kok.. 🙂
Sebuah contoh yang kecil saja, seorang anak kecil akan sayang dan dekat kepada seseorang yang senantiasa memperhatikan semua kebutuhannya. Dalam konteks ini dapat dibilang konteks antara ibu dan anaknya. Lalu bagaimana dengan konteks-konteks yang lain? Sama saja, hanya implementasinya yang berbeda. Seorang teman yang menjadi tempat curhat juga terkadang bisa menjadi seorang yang dicintai.
Hidup ini akan menjadi lebih indah dan hidup, bila satu sama lain saling mencintai, menyayangi dan mengasihi. Penghormatan dan penghargaan terhadap seseorang dapat menjadi batu loncatan ke arah itu. Namun sayang, hal yang demikian sudah menjadi suatu barang yang langka. Manusia semakin terisolasi dari lingkungan di sekitarnya. Hubungan antar manusia semakin merenggang. ‘Social sense’ semaking berkurang. Saya pribadi terus terang tidak dapat berkata banyak akan
hal ini. Yang saya tahu adalah marilah kita sama-sama memupuk rasa cinta ini agar kedamaian dan ketenangan hidup tercipta di dunia ini. Sudah banyak contoh baik dan buruk yang terjadi di sekitar kita dengan segala efeknya. Sekarang pilihan ada di tangan kita masing-masing. To be or not to be…