Bertolak belakang dengan minggu lalu, minggu ini lumayan tenang, tidak banyak yang dikerjakan. Waktu luang banyak saya habiskan di rumah dengan melakukan berbagai kegiatan ringan seperti membaca buku, mendengarkan musik, belajar dan internetan. Bosan juga sih.. Tapi paling tidak ada gunanya juga di rumah. Dengan demikian saya bisa beristirahat dengan baik. Bukan berarti di hari-hari lain istirahatnya tidak baik. Hanya saja kali ini lebih berkualitas hehehe…
Sabtu minggu lalu seperti biasanya saya ke pengajian di Marconiplein. Lumayan banyak juga yang hadir. Alhamdulillah Pak Sofjan juga sudah kembali dari Indonesia. Jadi pengajian kemarin sudah mulai diisi dengan pelajaran-pelajaran tentang fiqh dan hadits. Selain Pak Sofjan, juga hadir Pak Sani, seorang jamaah kita yang baru saja menunaikan ibadah haji tahun ini. Sudah bisa diduga sebelumnya, beliau datang dengan berbagai cerita menarik tentang pengalaman beliau di sana. Selain bawa cerita, tak lupa bawa oleh-oleh juga dari tanah suci berupa kurma. Hmm… enak… Sayang sekali beliau lupa bawa air zam-zam 😦 Kalau tidak, wah serasa di tanah suci saja.. Bila mendengar cerita tentang nikmatnya melaksanakan haji, masih segar di ingatan ini ketika saya diberikan kesempatan oleh Allah untuk menunaikan ibadah umrah di bulan Ramadhan tahun 1999 yang lalu bersama teman-teman. Sungguh sebuah pengalaman yang sangat berharga! Saat itu, saya dan dua orang teman lainnya dengan hanya berbekalkan tiket pulang pergi, Amsterdam-Jeddah-Amsterdam, menunaikan ibadah umrah tak ubah layaknya seorang backpakker. Selama di sana, kita tinggal di rumah-rumah penduduk (sempat juga tidur di asrama mahasiswa Universitas Ummul Qura dan Universitas Madinah), makan makanan yang belum pernah ditemui sebelumnya, bertemu dengan banyak orang dari berbagai suku bangsa dan masih banyak lagi pengalaman baru yang tidak mungkin saya sebutkan satu per satu. Bisa panjang jurnalnya nanti dan takut membosankan pembaca.. Selain itu, perlu diakui juga bahwasanya teh susu buatan orang Arab yang dijual di pinggir-pinggir jalan di sekitar halaman Masjidil Haram dan Nabawi sungguh nikmat sekali, apalagi bila diminum di waktu subuh. Wah, badan rasanya segar sekali dan mata langsung melek alias tidak ngantuk lagi 🙂 Boleh dikatakan hampir tiap sahur kita selalu nongkrong di sana hehehe… ketagihan… Ingin rasanya kembali dan bertemu dengan Sang Khalik yang dicintai…
Oh ya, pembaca… saat ini saya lagi kangen sekali dengan keluarga di Indonesia 😦 Apalagi setelah mendengar kabar bahwa semua keluarga besar akan berkumpul di Jakarta akhir minggu ini. Mau tahu kenapa? Yap! Ada acara pernikahan seorang sepupu perempuan. Seperti lazimnya sebuah acara pernikahan, semua sanak famili baik dari pihak laki-laki maupun pihak perempuan hadir untuk membantu sekaligus memeriahkan acara tersebut. Terbersit juga keinginan di hati ini untuk segera menikah. Bukannya tidak mau menyegerakan, hanya saja saya merasa belum siap, terutama dalam hal materi. Saya percaya bahwa Allah lah yang mengatur rezeki setiap anak manusia, tapi paling tidak saya sendiri mesti ada persiapan. Bukan begitu? Tapi sudahlah, yang penting dan pertama kali harus dilakukan saat ini adalah menyelesaikan kuliah dan mencari pekerjaan. Baru nanti memikirkan langkah-langkah selanjutnya…
Kembali ke masalah kangen tadi, beberapa waktu lalu, adik saya yang paling kecil mengirim sms. Dalam sms-nya itu, dia menulis, bahwa dia kangen sekali sama kakak dan ingin saya segera kembali. Nah, hati siapa yang tidak terenyuh bila membaca hal demikian… Dek, sabar ya… insya Allah kakak akan segera pulang. Ada rencana sih akhir Juni yang akan datang ke Indonesia untuk liburan. Tidak lama… paling lama satu bulanan saja. Dari waktu yang satu bulan itu, paling-paling saya hanya bisa kumpul selama dua mingguan saja dengan keluarga. Selebihnya habis di perjalanan dan mengunjungi sanak saudara lain. Maklumlah, keluarga besar. Kalau tidak dikunjungi, nanti ada yang merasa tidak
diperhatikan. Serba salah juga dibuatnya. Kita lihat sajalah nanti apa yang akan terjadi. 🙂
Seorang teman menganjurkan seperti ini untuk menghilangkan rasa kangen, “Ton, kenapa kamu tidak telpon saja mereka?” Bukan itu yang saya rindukan… Yang saya rindukan adalah berada di antara mereka secara fisik dan langsung. Memang benar, telpon dapat mengobati rasa kangen, tapi itu kan tidak dapat bertahan lama. Nah, kalau telpon terus-terusan, ada beberapa hal yang akan terjadi. Pertama, tambah kangen. Kedua, tambah kangen lagi. Ketiga, tambah-tambah kangen lagi. Keempat, bokek! hehehe…
Jadi bagaimana dong?
Hmm… cara yang paling efektif menurut saya untuk mengobati rasa kangen adalah dengan segera kembali ke Indonesia. Nggak ada cara yang lain… Walau apa pun yang terjadi nantinya setelah tamat kuliah, insya Allah saya akan segera kembali ke Indonesia 🙂
Mohon doa restunya ya pembaca…
Bye!
iseng aja saya buka2 google,… cari2 info tentang universitas madinah,… akhirnya terbuka situs ini…
kalau boleh tahu sih???? ini situs pribadi atau gimana nih??? (maklum kitanya agak gaptek…) syukran katsira
banda aceh, 13 mei 2004
terima kasih atas kunjungannya ke situs saya. ya, anda benar. situs ini adalah situs pribadi, tempat di mana setiap orang bisa mengunjungi saya secara online. 🙂
alhamdulillah antum dapat kesempatan study dinegara lain. ini kebetulan lg cari cara umrah dari jerman eh ada situs ini.mungkin sekarang sdh selesai kuliahnya jadi gak kangen indonesia lagi???utk menghilangkan kangen dikampung halaman ambil hal2 yg baik dinegeri orang.