Idhul Adha 1423 H

Alhamdulillah, hampir seluruh umat Islam di dunia pada hari ini merayakan hari raya Idul Adha 1423 H, termasuk seluruh umat Islam di Belanda. Baik itu yang berasal dari Maroko, Turki, Suriname, Indonesia, Pakistan, Somalia semuanya merayakan hari raya ini dalam waktu yang bersamaan. Mungkin, oleh karena adanya perbedaan waktu, pergerakan bulan dan perbedaan pendapat/hitungan di beberapa wilayah di belahan dunia yang lain, menyebabkan mereka baru akan merayakan hari raya tersebut esok hari. Hal yang sama terjadi di Indonesia sendiri. Walaupun sebagian besar umat Muhammadiyah telah merayakannya hari ini, umat Nadhlatul Ulama insya Allah besok. Perbedaan waktu pelaksanaan seperti ini sudah sering terjadi di Indonesia. Terakhir ya itu, ketika penentuan kapan jatuhnya hari raya Idul Fitri 1423 H yang lalu. Sebagian besar golongan masyarakat menerima hal tersebut sebagai suatu hal yang biasa dan dengan penuh kelapangan hati, tapi masih ada juga sebagian kecil masyarakat yang berusaha memperkeruh suasana dengan melakukan hal-hal yang tidak semestinya dilakukan. Saya hanya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi bila suatu ketika perbedaan pendapat tersebut menjurus kepada yang namanya perpecahan dan kehancuran. Na’udzu billah min dzalik.

Layaknya semua muslim yang lain, tentu saja saya menyambut kedatangan hari raya ini dengan penuh suka cita. Tak terbayang rasanya betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan anaknya, Nabi Ismail ketika menerima perintah Allah untuk berkorban. Korban adalah salah satu bentuk ketaatan manusia yang paling tinggi. Allah tidaklah melihat seberapa banyak dan besar pengorbanan seseorang dalam bentuk materi, akan tetapi Allah lebih melihat ketaqwaan dari setiap orang yang melakukannya. Sebegitu besar pahala orang yang berkorban, sampai-sampai banyak sekali ayat Al Quran dan hadits Rasulullah SAW yang meriwayatkan aktivitas ibadah yang satu ini.

Selain aktivitas korban, salah satu aktivitas utama lainnya yang banyak dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia pada saat yang bersamaan adalah melaksanakan ibadah haji. Sudah lama hati ini berniat untuk dapat melaksanakannya, tapi Allah sepertinya belum mengizinkannya. Insya Allah, kalau ada waktu, kesempatan, kesehatan dan rezeki, saya akan berusaha untuk menunaikannya tahun depan. Seperti yang sering diutarakan oleh banyak orang, ibadah haji adalah salah satu ibadah terberat dalam hidup manusia. Begitu beratnya sehingga setiap orang yang berangkat ke tanah suci sudah mempersiapkan dirinya sebaik mungkin untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi di sana nantinya, termasuk di dalamnya kematian. Insya Allah, Allah akan menerima haji orang-orang yang melaksanakannnya dengan penuh keimanan, ketaqwaan dan perhitungan. Amin.

Seperti halnya tahun-tahun yang lalu, hari raya Idul Adha tahun ini saya rasakan bersama-sama dengan jamaah pengajian ISR Marconiplein. Pagi-pagi sekali saya sudah bangun, mandi dan shalat subuh. Tepat pukul 08.30, saya sudah berdiri di stasiun metro Gerdesiaweg untuk berangkat ke Marconiplein sambil menunggu Henny. Beberapa hari sebelumnya kita sudah janjian untuk pergi sama-sama. Sekalian menunjukkan jalan, karena Henny sebelumnya belum pernah ke sana. Syukurlah Henny datangnya tepat waktu. Tak lama kemudian metro yang ditunggu datang, kita pun bergegas masuk ke dalamnya. Eh, nggak tahunya di Oostplein, kita berjumpa Dini dan di Eendrachstplein, Vica. Ya udah, akhirnya kita berempat smpai jumpa di mushalla. Belum banyak yang datang ketika itu. Aneh juga padahal waktu sudah menunjukkan pukul 09.00. Dasar orang Indonesia, di mana-mana yang namanya jam karet masih aja ada hehehe.. 🙂

Setelah meletakkan semua barang dan melepaskan jaket, saya turun ke lantai bawah tempat shalat pria untuk berwudhu dan kemudian bergabung dengan yang lainnya, melantunkan takbir hari raya. Untuk pertama kalinya pula dalam sejarah kehidupan ini, saya diberikan kesempatan untuk maju ke depan dan memimpin pembacaan t
akbir. Pertama-tama sih grogi juga, tapi alhamdulillah semuanya berjalan dengan lancar 🙂 Shalat hari rayanya sendiri diimami oleh Ustadz Zulkifli, sementara khutbahnya disampaikan oleh Pak Enjat, adiknya Pak Hamdi. Sehabis shalat dan khutbah, kita pun sama-sama menyantap hidangan yang telah tersaji. Menu kali ini sederhana saja, nasi goreng dan ayam goreng hehehe.. Hmmm… nikmatnya…

Saya sendiri baru keluar dari mushalla beberapa jam kemudian ketika waktu sudah menunjukkan pukul 13.30, karena pukul 14.00 ada kuliah. Untunglah ada Pak Dodi yang berbaik hati mengantarkan saya sampai ke kampus dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Terima kasih Pak Dodi.. 🙂 Memang saya merasakan sekali betapa nikmatnya hidup dalam suasana kekeluargaan, apalagi di situasi jauh dari orang tua. Alhamdulillah, Bapak-bapak dan Ibu-Ibu di pengajian Marconiplein telah menganggap saya sebagai salah seorang anaknya. Tak jarang lo, setiap kali habis pengajian saya diberi sangu makanan, bila ada makanan yang tersisa. Lumayan lah.. dengan demikian saya bisa istirahat masak barang satu dua hari 🙂 Terus terang, saat ini tidak banyak yang dapat saya lakukan untuk mereka, paling tidak hampir setiap hari saya bisa berdoa kepada Allah, semoga suatu saat saya dapat membalas budi baik mereka dengan sesuatu yang bermanfaat dan Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat ganda.

Beberapa hari belakangan ini saya banyak di rumah saja. Paling keluar bila ada kuliah dan urusan-urusan lain seperti berbelanja kebutuhan sehari-hari dan lain-lain. Hari Rabu minggu lalu saya mengundang beberapa orang teman makan malam di rumah. Pada hari Jumatnya, saya berkunjung ke rumah Vica untuk memperbaiki komputernya yang rada-rada ‘error’ (Microsoft Office-nya suka ngadat 🙂 ). Sabtu sore ke pengajian, mengajar baca Al Quran dan mendengarkan pengajian yang disampaikan oleh Pak Enjat tentang Haji dan Umrah. Minggunya di rumah saja, belajar. Seninnya juga sama. Benar-benar membosankan nggak hidupku ini.. Semuanya rutinitas semua hehehe.. 🙂

Baiklah pembaca, sampai jumpai di jurnal berikutnya. Sekaligus saya ingin mengucapkan:

Selamat hari raya Idul Adha bagi pembaca yang merayakannya.

Salam.

Advertisement