Imlek, dll.

Kali ini saya akan menceritakan beberapa kegiatan yang saya lakukan di akhir pekan kemarin. Ceritanya dimulai pada hari Jumat minggu lalu. Pada hari Jumat itu seperti biasanya, saya tidak ada kuliah. Memang dari dulu, saya berusaha untuk menghindari kuliah pada hari Jumat. Karena bila ada kuliah, saya khawatir tidak bisa shalat Jumat. Bila tidak shalat Jumat, rasanya hati ini tidak tenang. Mungkin hal yang sama dirasakan oleh pembaca juga.. 🙂 Setelah shalat Jumat, saya pun kembali ke rumah, untuk beristirahat. Karena pada malam harinya ada Pengajian Pelajar Muslim Rotterdam, di mana saya menjadi salah seorang pengurusnya.

Tak terasa waktu berjalan dengan cepatnya. Malam itu saya ke pengajian dengan menggunakan sepeda. Terasa dingin memang. Tapi oleh karena sudah diniatkan untuk berolahraga sekaligus, udara dingin pun tidak saya hiraukan lagi. Yah, beginilah nasib seorang bujangan. Mesti banyak olahraga dan beraktivitas, bila tidak ingin terjerumus ke dalam hal-hal yang tidak diridhai Allah. Akhirnya saya pun sampai di tempat pengajian. Waktu saat itu sudah menunjukkan pukul 18.45. Beberapa teman sudah ada yang datang dan yang lainnya baru datang ketika pengajian akan dimulai. Sebelum pengajian dimulai, kita makan malam dulu. Lalu baca Al Quran bersama dan sebagai acara puncak, ceramah yang disampaikan oleh seorang teman dari Delft. Temanya lumayan menarik juga. Yang intinya mengajak kita untuk dapat mengenal lebih jauh maksud dan tujuan dari hidup dan kehidupan manusia di dunia ini dengan menekankan kepada pentingnya kepribadian yang Islami. Kalau tidak salah, ceramahnya sendiri memakan waktu hampir dua jam-an. Seusai ceramah, kita shalat Isya berjamaah dan pengajian pun ditutup. Beberapa teman ada yang langsung pulang, karena hari memang sudah larut malam. Sementara itu beberapa orang lainnya termasuk saya masih melanjutkan obrolan, di mana salah satu diantaranya adalah janjian untuk pergi bareng-bareng melihat perayaan tahun baru Cina di Den Haag keesokan harinya.

Sebenarnya, acara melihat perayaan tahun baru Cina ini tidak direncanakan sebelumnya. Tapi, oleh karena pada hari Sabtu tidak ada kegiatan, makanya saya coba saja untuk ikut. Yang ikut dari pengajian hanya saya, Henny, Eva dan Widy, sementara yang lainnya adalah teman-teman kuliah Eva dan Widy. Kalau dihitung-hitung ada sekitar 14 orang-an yang ikut. Tepat pukul 11.00, kita pun meluncur ke Den Haag dengan menggunakan kereta api. Tak tahunya sampai di sana, hujan salju lebat sekali. angin pun bertiup dengan kencang. Selama saya tinggal di Belanda, mungkin baru kali ini lah saya merasakan hujan salju yang lebat sekali. Sampai-sampai untuk beberapa waktu lamanya, acara perayaan tahun baru Cina ditunda, berhubung acaranya akan diadakan di luar gedung. Sampai suatu ketika dilihat tidak ada kemungkinan bahwa hujan salju akan berhenti, perayaan pun akhirnya dimulai. Dasar sama-sama orang Asia kali ya, perayaannya dimulai dengan pidato-pidato yang membosankan dan kemudian diikuti oleh pagelaran tari-tarian dari berbagai klub-klub tari di Belanda. Ada yang menarik dan ada yang biasa-biasa saja. Udara saat itu dingin sekali. Kaki, tangan dan wajah sakit-sakit semua menahan hawa dingin. Supaya tidak kedinginan, salah satu caranya adalah tetap bergerak. Nah, hal itulah, selain rasa ingin tahu yang tinggi, yang menyebabkan saya dan teman-teman akhirnya ikut juga berparade keliling kota Den Haag. Dengan memegang bendera di tangan, saya pun dengan senangnya mengikuti rombongan dan sekali-sekali melambaikan tangan kepada orang-orang yang menonton arak-rakan tersebut. Mungkin mereka mengira saya orang Cina, padahal bukan hahahaha… ketipu! Pernah datang seorang cewek Cina menegur saya dengan menggunakan bahasa Cina untuk menanyakan sesuatu. Sampai dia selesai berbicara, saya masih tetap saja bengong, tidak mengerti barusan dia bicara apa. Dia terus mengulang berkali-kali kata-kata yang sama, akhirnya saya nyerah deh dan bilang sama dia bahwa saya tidak bisa bahasa Cina. Me
mang menurut beberapa teman di sini, saya kelihatan seperti orang Cina. Apalagi ditambah dengan nama yang ke-Nasrani-an. Nasib…nasib… Tapi ada enaknya juga, saya bisa dekat dengan cewek-cewek Cina yang cantik-cantik hehehehe… (bercanda kok, jangan dimasukin di hati ya… 🙂 )

Kembali ke perayaan tahun baru Cina tadi, setelah hampir satu jam lamanya berparade di udara dingin, kita pun tiba kembali di tempat semula. Beberapa orang sibuk mengumpulkan bendera-bendera dari para peserta. Sementara itu, bagi yang ingin menyaksikan sejumlah atraksi kebudayan lainnya segera memasuki gedung Stadhuis Den Haag. Oleh karena hari sudah siang dan kita belum makan, kita pun bergegas mencari tempat makan. Setelah dirembug kiri kanan, kita sepakat makan di Javahouse. Di sana, saya hanya pesan roti vegetaris, karena saya tidak yakin semua makanan di sana dijamin kehalalannya. Walaupun yang jual itu orang Indonesia sendiri. Sehabis makan, saya dan Henny langsung pulang ke Rotterdam, sementara yang lainnya masih tetap tinggal di Den Haag. Nggak tahu deh, setelah itu mereka ngapain aja.

Lama juga saya dan Henny menunggu kereta api yang akan membawa kita kembali ke Rotterdam. Rupanya setelah kereta api yang dimaksud pun tiba, kita masih harus berdesak-desakan dengan penumpang yang lain naik kereta apinya. Karena, kereta apinya hanya terdiri dari 3 gerbong, sementara yang mau naik banyak sekali. Seperti di Indonesia aja, pikir saya dalam hati. Tapi untunglah, saya dan Henny dapat tempat duduk. Jadi tidak perlu berdiri sepanjang perjalanan.

Sesampainya di Rotterdam, kita pun berpisah. Saya meneruskan perjalanan menuju ke pengajian Marconiplein, sedangkan Henny ke rumah. Namun sebelumnya, kita sempat janjian bahwa nanti malam saya akan datang ke rumahnya untuk memperbaiki laptopnya yang ngadat.

Saya di pengajian Marconiplein tidak lama. Setelah memberikan pelajaran baca Al Quran, mendengarkan ceramah dan makan malam, saya langsung pamit diri. Terkesan SMP (Setelah Makan Pulang.. 🙂 ) memang… tapi, mau bagaimana lagi, sudah ada janji dengan Henny.

Tepat pukul 21.00, saya tiba di rumah Henny. Henny sebenarnya tinggal di tempat Wiwi. Dia menyewa kamar di sana. Saat itu, Wiwi juga ada. Kita pun berbincang-bincang sebentar, lalu saya segera beraksi. Setelah dilihat-lihat dan diuatak-atik, alhamdulillah laptopnya baikan lagi hehehe… Kebetulan Djono juga di sana, jadi saya tidak perlu pulang naik kendaraan umum. Karena bisa numpang naik mobil Djono. Eeh, nggak tahunya Djono juga mengalami masalah dengan sambungan internet kabelnya dan minta tolong kepada saya untuk dilihat pada keesokan harinya.

Hari minggu pagi, Djono menelepon untuk menjemput saya datang ke rumahnya. Sesampainya di sana, saya segera melihat komputernya siapa tahu masalahnya berasal dari sana. Setelah diutak-atik sampai akhirnya kedua komputer Djono diformat ulang, tetap saja belum bisa terhubung dengan sambungan internet kabelnya. Bingung juga.. Hampir seharian saya di sana. Karena tidak tahu lagi salahnya di mana, Djono menelepon Helpdesk mencari tahu kira-kira apa yang terjadi sebenarnya. Setelah tanya sana tanya sini, akhirnya ketahuan kalau masalahnya berada di sentral. Ya.. kalau begitu nggak perlu capek-capek begini… 🙂

Hari Seninnya, saya kuliah seperti biasa. Sampai di rumah, melanjutkan pekerjaan website untuk ISSM 2003 yang sempat tertunda sebelumnya. Alhamdulillah, akhirnya selesai juga itu website. Untuk saat ini masih diletakkan di server saya. Nanti akan saya beritahu deh, kalau sudah punya tempat yang definitif. Nah, sekarang tinggal satu pekerjaan lagi, membuat daftar gatekeeper untuk VoIP Merdeka!!!. Hmm.. sampai saat ini, saya belum menemukan metode yang baik. Tapi, insya Allah, pasti ketemu nantinya. It just takes some times, that’s all!

Baiklah pembaca, sekian dulu. Lumayan panjang juga ya jurnal kali ini. Semoga menarik untuk dibaca. 🙂

Salam hangat.

Advertisement