Buka Puasa di Al-Hikmah Den Haag

Seperti hari-hari sebelumnya, tidak ada perubahan yang begitu signifikan dengan cuaca di Rotterdam. Masih tetap dingin.. tapi kayaknya kalau dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dingin di bulan November ini masih dapat digolongkan ke dalam kategori ‘mild’, alias tidak dingin-dingin amat, atau dinginnya masih dalam batas-batas terkendali lah. Tapi tetap aja kemana-mana mesti menggunakan jaket dan pakaian yang serba tebal, boleh tidak jatuh sakit. Kalau sakit, wah bisa berabe nih, apalagi masih ada ujian. Ya, ujiannya tinggal satu lagi. Waktunya Selasa minggu depan. Doakan ya semoga ujiannya bisa… šŸ™‚

Oh ya, tadi sore, saya ditelepon oleh Pak Hamdi, seorang kenalan di sini, ngajak saya untuk buka puasa bersama di Masjid Al-Hikmah, Den Haag dan saya pun menyanggupinya.

Bagi yang belum tahu, Masjid Al-Hikmah adalah satu-satunya masjid yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia di Belanda. Sebetulnya sih ada dua, tapi yang satunya lagi Masjid Baiturrahman di Ridderkerk yang khusus dibuat untuk komunitas Maluku yang sudah lama menetap di sana, masjid ini tidak dapat dikategorikan sebagai salah satu masjid Indonesia, karena masih disubsidi oleh pemerintah Belanda. Walhasil, hanya Masjid Al-Hikmah lah yang berhak menyandang predikat itu.

Rencananya, kita, yang terdiri dari saya, Pak Hamdi dan satu orang teman lagi, Pak Hanafi, akan berangkat dari Rotterdam sekitar jam 15.00. Pak Hamdi yang kebetulan punya mobil, berjanji akan menjemput saya dan Pak Hanafi di kamar. Setelah ditungu-tunggu sampai berapa lama, Pak Hamdi kok nggak kunjung datang. Akhirnya saya telepon beliau, menanyakan posisi saat itu. Rupanya, ketika mau berangkat mobil Pak Hamdi mengalami kerusakan. Terpaksalah, mobil tersebut harus dibawa ke bengkel untuk direparasi. Sebagai gantinya, Pak Hamdi boleh meminjam salah satu mobil yang tersedia di garasi. Sesampainya di kamar, waktu sudah menunjukkan jam 16.30. Pak Hamdi bertanya, apa tidak sebaiknya kita urungkan saja niat ke sana. Saya jawab, kenapa tidak kita coba saja, siapa tahu acaranya belum dimulai. Setelah berembuk beberapa saat lamanya, akhirnya kita pun meluncur menuju Den Haag.

Mungkin karena Allah hendak menguji kesabaran orang-orang yang sedang berpuasa, perjalanan ke Majsid Al-Hikmah tidak semulus yang kita duga sebelumnya. Hampir sekitar 1,5 jam lamanya kita berputar-putar antara Rijswiijk dan Den Haag, guna mencari lokasi masjid tersebut. Maklumlah, biasanya ke sana sering naik kereta api, sekarang naik mobil. Tentunya orientasi jalan pun mengalami sedikit perubahan. Di tengah keputusasaan, akhirnya timbul ide, bagaimana kalau kita ikuti saja jalur tram no. 16. Kebetulan, sepengetahuan saya, tram no. 16 melewati masjid Al-Hikmah. Ya, udah. Dengan sabarnya kita ikuti sebuah tram no.16, walau sempat terseok-seok karena jalur lalu lintas yang cukup padat saat itu. Eh, dugaan saya tidak meleset. Alhamdulillah, ketemu juga tuh masjid. Rupanya, acara sudah dimulai. Kita pun segera shalat dan makan malam dan kemudian menggabungkan diri untuk mengikuti pengajian yang tengah berlangsung sampai acara berakhir. Untungnya sewaktu pulang, tidak kesasar lagi.. šŸ™‚ Mungkin ada benarnya juga sebuah ucapan, jalan pulang itu biasanya selalu lebih ringan dibanding jalan perginya. Dan itu sudah terbukti hari ini.
Saya sampai di kamar kembali sekitar jam 12.00 malam dan langsung menulis jurnal hari ini dengan harapan, semoga aja, kalau ke sana lagi, nggak kesasar..he..he.. abis capek sih!

1 Comment

Comments are closed.